Segala tindakan kekerasan
yang diniatkan untuk melecehkan korban berdasarkan asumsi gender dan seksual
termasuk dalam kekerasan berbasis gender.
Bentuknya dapat berupa kekerasan seksual, fisik,
sosial ekonomi, emosional dan psikologis. Kekerasan berbasis gender
mengalami peningkatan selama Pandemi Covid-19 sebesar 63% (antaranews.com). Hal ini dipicu oleh kebijakan work from home dan pembatasan
sosialisasi sebagai upaya pencegahan penyebaran Covid-19. Rasa jenuh, bosan,
tekanan ekonomi memicu peningkatan kekerasan terhadap perempuan.
Tahun 2020, kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak di Kota Yogyakarta sebayak 113 kasus. Sebagai upaya pencegahan dan penanganan kekerasan terhadap perempuan dan anak, pemerintah Kota Yogyakarta membnetuk Satgas Sigrak. Satgas Sigrak merupakan satuan tugas siap gerak atasi kekerasan yang terdiri dari perwakilam tokoh masyarakat, anggota PKK, dan karangtaruna. Tujuannya, sebagai upaya melawan dan pencegah kekerasan terhadap anak dan perempuan, serta mempercepat pelaporan dan penangangan korban kekerasan. Saat ini, sudah terbentuk 105 satgas Sigrak di Kota Yogyakarta yang terdiri dari 14 Sigrak tingkat kecamatan, 90 lainnya Sigrak kelurahan dan 1 koordinator.
Unit Pelaksana Teknis Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (UPT P2TP2A) bersama satgas Sigrak mengadakan roadshow kampanye di 14 kecamatan di Kota Yogyakarta. Salah satunya di Kecamatan Tegalrejo seperti gambar di bawah ini. Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperingati Hari Anti Kekerasan yang jatuh pada tanggal 25 November 2020. Kegiatan ini merupakan sinergitas satgas Sigrak, PATBM, mitra keluarga, dan FPKK dalam rangka upaya pencegahan dan perlindungan perempuan dan anak dari segala tindakan kekerasan. Sebanyak 20 orang hadir dalam kegiatan tersebut untuk mengkampanyekan anti kekersan dan berkomitmen untuk berperan melakukan pencegahan kekersan terhadap perempuan dan anak.
Gambar 1. Satgas Sigrak bersama UPT P2TP2A bersama Satgas Sigrak
Kegiatan roadshow juga
diikuti oleh kader PAUD, guru PAUD, kader PKK, tokoh ulama, penggiat
perlindungan perempuan dan anak. Melawan kekerasan terhadao perempuan dan anak
dimulai dari lingkungan terkecil, yaitu keluarga. Melalui kader-kader tersebut
dan satgas Sigrak diharapkan lingkungan keluarga, RT, RW, serta keluarahan
menjadi tempat ramah anak dan anti kekerasan terhadap perempuan dan anak.
Sosialisasi terhadap kader merupakan langkah awal untuk melakukan pendidikan
relasi gender dan seksual, meningkatkan pemahaman atas hal yang setara antara
semua gender dan orientasi seksual.
Selain sosialisasi,
satgas Sigrak juga melakukan sinergitas dengan Pokja IV PKK kelurahan dalam
kegiatan posyandu balita di meja pojok solusi sebagai upaya pencegahan
kekerasan terhadap perempuan dan anak. Singergitas UPT dan satgas Sigrak juga
dilakukan dengan dapur balita di posyandu. Singergitas ini melibatkan perempuan
(ibu-ibu balita) sebagai sasaran edukasi. Selain itu, Satgas Sigrak bersama UPT
P2TP2A juga melakukan aksi bakti sosial peduli perempuan dan anakdalam situasi
darurat kondisi khusus kebencanaan Gunung Merapi di Glagaharjo, Sleman.
Gambar
6. Sinegitas Satgas Sigrak dengan Pokja IV PKK kelurahan
sekarang pada musim pandemi, memang perilaku masyarakat terutama dalam lingkup keluarga banyak terjadi kekerasan. kekerasan terjadi mungkin pada faktor kondisi ekonomi. yg dimana masyarakat terbatas memperoleh pendapatan pada kehariannya. kasus tersebut kemungkinan banyak terjadi pada daerah perkotaan yg tingkat kerapatan penduduknya sangat tinggi.
BalasHapusmudahan dg adanya program tersebut mungkin dapat menstabilkan keadaan masyarakat, terutama soal kekerasan semoga program tersebut dapat diterapkan di setiap daerah indonesia dg kerapatan penduduk tinggi. Bravo boss